Bagi anda yang seorang penjahit, jika anda hendak membuat busana atau pakaian dengan menggunakan benang. Maka alangkah baiknya jika anda mengenali terlebih dahulu ukuran-ukuran halus tidaknya suatu benang dari sebuah nomor.
Jika anda tidak mengenali nomor-nomor benang maka anda akan kesulitan dalam mencari benang yang sesuai dengan apa yang anda butuhkan. Entah itu benang yang kasar atau itu benang yang halus bisa dikenali dari jenis nomornya.
Ya, mengukur suatu kehalusan atau kekasaran pada suatu benang bisa anda ketahui dari nomor benang. Pemberian nomor pada benang ini sangat berfungsi digunakan di industri kain. Terutama pada saat membuat konstruksi kain.
Pengukuran diameter bisa dikatakan sangat sulit. Maka tingkat kehalusan suatu benang biasa dinyatakan dengan perbandingan antara panjang dengan beratnya. Perbandingan inilah yang kemudian dinamakan dengan nomor benang.
Lalu bagaimana sih cara menentukan nomor benang sesuai tingkat kehalusannya? Apakah di balik penomoran benang ini begitu esulitan? Atau justru sebaliknya? Penasaran? Simak ulasan mengenal sistem penomoran pada benang di bawah ini.
Sistem Penomoran Benang
Beberapa cabang industri tekstil yang ada di berbagai belahan dunia memiliki cara sendiri-sendiri untuk menomori benangnya. Ada beberapa negara yang memiliki cara tersendiri untuk menetapkan nomor pada benang sesuai tingkat kehalusan. Walaupun kenyatannya masih terdapat beberapa negara yang menggunakan cara-cara penomoran yang sama.
Nah, yang perlu anda ketahui dari sistem penerapan nomor pada benang sendiri secara keseluruhan bisa dibagi ke dalam dua macam kategori yaitu dengan sistem penomoran langsung dan sistem penomoran tidak langsung.
Lalu apa bedanya dari sistem kedua ini? Perbedaan sistem dari penomoran langsung dan tidak langsung adalah sebagai berikut :
1. Sistem Penomoran Langsung
Sistem penomoran langsung ini digunakan untuk mengukur berat per satuan panjang benang. Artinya semakin besar nomor benang, berarti makin besar pula diameter benangnya. Ketika nomor benang meningkat, maka kehalusan benangpun akan menurun.
Nah, pada umumnya sistem penomoran langsung biasa digunakan untuk benang berjenis filamen di mana benang ini memiliki panjang yang tidak terbatas. Adapun yang termasuk ke dalam kategori penomoran benang langsung di antaranya adalah berupa :
- Penomoran Cara Denier (D Atau Td)
- Penomoran Cara Tex Penomoran Cara Tex (Tex)
- Penomoran Cara Jute (Ts)
2. Sistem Penomoran Tidak Langsung
Berbeda dengan sistem penomoran langsung, sistem penomoran tidak langsung ini umumnya digunakan untuk mengukur panjang persatuan berat benang. Bedanya lagi dengan sistem penomoran langsung, pada sistem penomoran tidak langsung ini semakin besar nomor benang, berarti semakin kecil diameter benangnya.
Nah, ketika nomor benang meningkat maka tingkat kehalusan benang juga ikut meningkat pula. Sistem penomoran tidak langsung umumnya biasa digunakan untuk benang-benang pintal atau spun yarn.
Adapun yang temasuk ke dalam kategori penomoran benang tidak langsung di antaranya berupa :
- Penomoran Cara Kapas (Ne1)
- Penomoran Cara Worstead (Ne3)
- Penomoran Cara Wol (Ne2 Atau Ne)
- Penomoran Cara Metris (Nm)
- Penomoran Cara Perancis (Nf)
- Penomoran Cara Wol Garu.
Nah, jika anda adalah seorang penjahit maka anda harus bisa mengenali sistem dari penomoran benang ini. Jika anda sudah memahami sistem penomoran ini, maka anda tidak akan kesulitan dalam mencari benang apa yang sesuai dengan apa yang anda butuhkan dalam menjahit pakaian.