5. Kurang Aktif di Media Online
Teknologi yang terus berkembang membuat golongan usia produktif ini semakin leluasa berekspresi di dunia maya. Jaman sekarang, anak muda mana sih yang tidak aktif di media online. Apalagi di media sosial. Kalaupun ada, bisa dipastikan anak tersebut bukan peminat pakaian distro 😀
Berdasarkan data yang diperoleh oleh APJII dan Puskakom UI pada akhir 2014, tercatat mayoritas pengguna internet di Indonesia berusia 18 hingga 25 tahun, dengan angka 49 persen.
Tak heran jika distro atau clothing line yang tak mampu eksis di dunia maya akan “punah” dengan mudahnya.
Oleh karenanya, kurangnya partisipasi pemilik distro di ranah online bisa menjadi boomerang yang membunuh laju pertumbuhan bisnisnya. Hal ini dikarenakan mereka hanya mengandalkan promosi dari satu lini saja, yakni offline.
Padahal rentang aktifitas yang paling mendominasi segmen anak muda sehari-hari ada pada ranah media online, dan media sosial secara khusus.
Selain itu, maraknya edukasi dan penawaran belanja secara online membuat semakin banyak anak muda lebih memilih berbelanja secara online. Maka tak heran jika sekarang semakin banyak distro yang berguguran karena hanya mengandalkan traffic dari toko offline saja.
6. Tidak Mengikuti Perkembangan Mode
Meskipun keuntungan yang diraup bisa berkali-kali lipat. Resiko berbisnis fashion menuntut pelakunya untuk terus berinovasi dan bergerak. Kecenderungan pasar yang kerap berubah-ubah membuat para owner harus selalu up to date akan perkembangan trend terbaru.
Sebagai owner, wajib hukumnya untuk selalu memperhatikan perkembangan mode terkini. Jika tidak, mau tak mau distro yang ia rintis akan segera “ketinggalan jaman” dan sepi akan peminat.
Kecuali jika ia adalah seorang influencer atau trendsetter yang mampu mempengaruhi selera berpakaian para konsumen di segmen yang ia bidik.
7. Jarang Hadir di Toko
Ini adalah salah satu faktor “favorit” yang menyebabkan kegagalan para owner distro. Terkadang, sikap ngeboss memang sulit dibendung. Apalagi bagi para owner yang masih memiliki jiwa muda.
Maunya main terus. Datang ke toko hanya pada hari-hari tertentu saja. Akibatnya pun sangat fatal. SDM yang bertugas tidak terkontrol dengan baik, akhirnya berdampak pada penjualan yang merosot.
Tak terkecuali dengan distro, sebagai perusahaan yang baru dirintis, sudah sepatutnya mendapat dukungan penuh dari seluruh elemen tim. Apalagi sebagai owner yang merintis dan memiliki, harusnya mengawal kinerja perusahaan sampai benar-benar stabil dan bisa didelegasikan.
Bagi Anda para pemilik bisnis distro, clothing line maupun bisnis lain. Jangan terburu-buru dan tergesa-gesa untuk membiarkan bisnis Anda berjalan sendirian.
Kawal dan temani bisnis kesayangan Anda hingga benar-benar bisa dijalankan secara tersistem. Hasil yang terbaik memang membutuhkan pengorbanan yang terbaik pula.
8. Memiliki Selera Berpakaian yang Rendah
Berbisnis fashion sangat memiliki kaitan yang erat dengan selera dan cita rasa. Akan sangat fatal jadinya bila sang pemilik distro memiliki selera berpakaian yang kurang baik. \
Akan sangat sulit untuk bisa mengukur produk yang sesuai dengan permintaan dan sesuai trend. Apalagi jika genre produk yang ditawarkan berbeda dari yang ia pakai.
Sebagai bentuk dari kesungguhannya dalam menggeluti bisnis fashion, adalah sebuah keniscayaan bagi setiap pemilik distro, untuk memperbaiki selera berpakaiannya. Setidaknya, ia tahu mana produk yang sedang naik daun dan mana produk yang cocok untuk pasarnya.
9. Tidak Aktif di Komunitas
Komunitas adalah salah satu kendaraan paling ampuh untuk menggarap segmen pasar anak muda. Terutama bagi pelaku bisnis distro & clothing line. Akan sangat efektif bila sang owner mampu merangkul komunitas sebagai penguat engagement antara distro yang ia bangun dengan target pasar yang ia bidik.
Sebaliknya, owner yang menutup diri dari keterlibatan dengan komunitas akan membuat distronya kesulitan mencari pelanggan tetap. Akibatnya, ia harus meraba dan mencari pelanggan baru terus menerus.
Jika tidak diubah, maka lambat laun distro akan tumbang setelah kehabisan energi dan materi untuk terus menerus mencari pasar.